Ambon, Marinyo.com- Ketua Ikatan Intelektual Maluku Barat Daya (MBD), Prof.DR Alohiab Watloly mengatakan secara moral dan iman, Blok Masela merupakan berkat.
Karena itu, yang diiginkan adalag blok ini bisa mensejahterakan Maluku yang dikenal termiskin, tertinggal, dan terbelakang, bahkan terdiskriminasi dari pembangunan.
“Karena itu, kita harapkan, Blok Masela tidak menjadi blok masalah, kekayaan Blok Masela tidak menjadi masalah abadi, karena Blok masela akan beroperasi 47 tahun.
Kalau satu tahun saja mungkin ada kekuatan alami yang meminilaisir dampak negatif, tapi kelompok produk jauh. Bayangkan, itu berarti MBD akan hancur lebur selama 47 tahun,” jelas dia usai bertemu dengan pimpinan DPRD Maluku, Rabu (7/10/2020).
Dikatakan, itu hanya untuk Blok Masela, di MBD ada enam blok yang sudah masuk pada tahap kontrak. Karena itu, harus ditangani dengan baik, supaya dampak diperhatikan, penanganan juga baik.
Lanjut dia, MBD bukan saja wilayah terdampak, untuk Blok Masela MBD merupakan daerah penghasil. Karena itu Perda yang sementara di garap juga difokuskan tentang itu.
Menyangkut AMDAL, Watloly katakan, pihaknya sudah bertemu dengan Inpex sudah sekian kali, mulai dari AMDAL berbasis off shore di tahun 2016.
Saat itu sudah debat dengan Inpex dan staf ahlinya, dari UI, UGM, Unpad dan ITS tanggal 26 Januri 2016.
Dan pada saat itu pihaknya sudah menolak, dan dibantah dengan data ilmiah yang jelas, baru pada tataran sekunder soal pemetaan geografis saja sudah gagal karena tidak mampu mempertanggugjawabkan data mereka, belum data primer.
“Untuk itu, kami sudah menolak dan saat itu ITS datang memohon maaf kepada saya, karena mereka sadar mereka berbohong. Saat itu saya katakan kami akan membuat surat ke lembaga anda, sebagai ilmuan dan sebagai profesor, saya malu lembaga ini karena menipu,” ujar dia.
Ternyata mereka kembali berulah di periode kedua setelah AMDAL On shore, masih dengan cara-cara mereka.
“Kami melihat Inpex sebagai pihak dipercayakan negara untuk operator Blok Masela masih menerapkan kolonial Jepang untuk MBD. Pertama dia mengadu dombakan kami dengan saudara-saudara KKT.
Kemudian dia mewariskan ekstrim trauma masa lalu, dia membantai hidup generasi kami, yang sekian puluh tahun yang akan datang.
Saya kira dengan argument apapun tidak bisa di bolak balik, bahwa MBD tidak masuk daerah terdampak dan penghasil,” tegas dia.
Sebagai senior intelektual, pihaknya harus memperjuangkan hal ini dengan baik.
“Guna apa saya jadi Prof, guna apa intelektual MBD begitu banyak di Maluku tidak melakukan sesuatu untuk menyatakan kebenaran, dan menyelematkan generasi dan alam MBD yang akan hancur dengan eksploitasi Blok Masela,” tegas dia. (DAS)
Komentar